Belajar Efektif

Belajar dari buaian hingga liang lahat atau tuntutlah ilmu sampai negeri Cina, itulah petuah untuk rajin belajar yang sering kita dengar dari orangtua dan para guru kita. Dan ternyata, proses belajar pun tidak hanya di institusi yang biasa kita sebut sekolah atau kampus, tetapi bisa dimana saja dan kapan saja. Sehingga untuk menjadi sukses, belajar secara berkesinambungan menjadi suatu keniscayaan.

Meskipun sudah banyak waktu yang kita gunakan untuk aktifitas belajar, terkadang kita tidak tahu cara yang efektif untuk melakukan aktifitas yang namanya belajar. Untuk mengerti atau memahami dibutuhkan jalan panjang berliku dan tidak mudah. Jalan pintas malah bisa menyesatkan atau merugikan. Jadi, kita perlu aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar menjadi efektif bahkan terukur.
Kita sering berfikir bahwa untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam belajar adalah dengan melakukan kegiatan seperti menyimak dan memperhatikan pelajaran saat di kelas, rajin membaca, tidak menunda-
nunda penyelesaian tugas, belajar di tempat yang tenang dan nyaman, aktif bertanya, ikut bimbingan belajar atau mengundang guru ke rumah.

Berdasarkan riset psikologi yang dilakukan oleh Dr. Nate Kornell dari UCLA, ada tiga cara belajar paling efektif yang mungkin dapat diterapkan.

1. Bagilah subjek-subjekmu dan pelajari bergantian

Meski awalnya terasa tidak efektif, membagi-bagi subjek yang ada dan mempelajari sebagian dari bagian yang berbeda terbukti mampu memberikan hasil efektif. Misalnya pada 15 menit pertama belajar biologi, lalu 15 menit berikutnya fisika, setelah itu 15 menit untuk matematika.

2. Tes dirimu sendiri

Coba tanyakan pada dirimu sendiri tentang materi-materi yang telah kamu pelajari. Mengetes diri sendiri memiliki dua keuntungan. Pertama, karena prosesnya yang mengambil ingatan dari pikiran, hal ini dapat meningkatkan kemampuan mengingat. Kedua, mengetes diri sendiri dapat menguji apakah cara belajar kamu sudah efektif atau tidak. Kamu dapat mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan kamu sebelum terlambat.
Tapi ada satu syarat, mengetes diri sendiri tidak akan berhasil kalau kamu lakukan ketika kamu baru saja selesai belajar. Itu tidak mengasah daya ingatmu tetapi membuatmu sombong.

3. Ambil kesimpulan dan integrasikan

Setelah keluar dari kelas atau membaca satu bab buku, ambil kesimpulan-kesimpulan penting, dan pikirkan bagaimana kesimpulan-kesimpulan tersebut berhubungan dengan keseluruhan topik dan pengalaman pribadi. Proses itu dikenal sebagai integrasi pengetahuan, sangat bermanfaat untuk memperkuat daya ingat dan mengimplementasikan pengetahuan pada kejadian nyata. Agar lebih mengefektifkan teknik tersebut, kamu bisa memberitahukan atau mengajarkan orang lain tentang apa yang telah kamu pelajari. Menerangkan kesimpulan-kesimpulanmu memerlukan integrasi dan kemampuan meringkas dan itu adalah cara terbaik untuk mengecek kelemahan-kelemahan dalam pengetahuan yang kamu miliki.

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui

  • diri sendiri
  • kemampuan belajar anda
  • proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
  • minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan

Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.

How to Make Fun Schooling (School Rules)

Sekolah adalah lembaga pendidikan resmi yang secara sistematis melakukan program bimbingan belajar dalam rangka membantu siswa untuk mengembangkan potensinya.Sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian siswa dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berperilaku untuk mengantarkan siswa ke alam kedewasaan. Namun, di zaman sekarang ini hubungan mendewasakan berganti menggurui dan digurui. Siswa menjadi tong kosong yang bisa diisi sesuka hati pengisinya. Pendidikan hanya sekedar formalitas pengajaran saja.Sekolah tidak lagi menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa.

Faktor – faktor penyebab hal tersebut adalah:

1)      Otoritas guru yang hanya memandang siswa sebagai suatu objek dan sebagai tabularasa. Saat itulah terjadi ketidaksejajaran antara siswa dan guru sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi.

2)      Proses pembelajaran dari awal hingga akhir dikuasai guru,sehingga siswa tidak dapat mengekspresikan dirinya.

3)      Ketidak-enjoy-an siswa terhadap lingkungan sekolahnya.Contoh: Sekolah termasuk ruang kelas yang kumuh dan penataan yang monoton membuat siswa tidak betah.

4)      Aturan sekolah yang ketat,artinya peraturan sekolah yang detail yang menuntut banyak terhadap siswa membuat siswa ingin lari dari kenyataan.

Siswa yang belajar secara terpaksa akan berakibat buruk pada prestasi,sehingga yang perlu dipikirkan adalah bagaimana kondisi sekolah (kelas), sistem pembelajaran, peraturan sekolah dan sikap guru kepada siswa sehingga tercipta suasana belajar yang membuat siswa merasa enjoy.

Hal – Hal yang harus diperhatikan:

1)      Sikap guru terhadap siswa. Guru berperan seperti desainer yang kreatif. Dalam tahap pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator. Dalam tahap evaluasi guru berperan untuk memberikan umpan balik. Guru dan siswa sejajar sebagai manusia yang saling berinteraksi tanpa adanya otoritas pada salah satu pihak. Selain itu, dalam proses pembelajaran memandang siswa secara merata, artinya tidak ada siswa yang lebih di-”anak emas”-kan.

2)      Lingkungan fisik sekolah. Lingkungan sekolah perlu didesain dengan pendekatan natural. Misalnya, kerindangan, kebersihan dan kerapihan lingkungan sekolah. Selain itu ruang kelas juga dibuat bersih, dingin, dan tidak monoton (Lay-out kelas dapat diubah-ubah setiap saat)

3)      Peraturan sekolah. Peraturan sekolah kiranya tidak dibuat begitu detail. Jangan sampai ada aturan yang memaksakan siswa harus begini – begitu. Contoh kasus : Rambut siswa SMK teknik. Cukup dengan memberitahu “rambutmu yang panjang bisa membuat kamu kesulitan dalam mengoperasikan mesin,bahkan bisa menyebabkan kecelakaan kerja.”

Untuk membuat sekolah sebagai istana belajar siswa yang mengasyikan, dirasa tidak terlalu membutuhkan biaya dan tenaga yang begitu banyak. Sehingga minimal dengan adanya manajemen berbasis sekolah, pihak sekolah memiliki kewenangan penuh untuk menjadikan lingkungan sekolah, guru dan pemelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak banyak keluar membolos atau mencari tempat-tempat yang lebih aman baginya.

Selain itu pihak Dinas Pendidikan Daerah berperan penting, terutama dalam membuat peraturan-peraturan umum tentang sekolah. Sehingga sekolah menjadi benar-benar tempat mewujudnyatakan empat pilar pendidikan (UNESCO), yakni learning to know (belajar mengetahui) learning to bicame him-/herself (belajar hidup), learning to do (belajar bekerja), dan learning to live together (belajar hidup bersama).

Dengan demikian benar-benar tercipta manusia muda (siswa) ke alam kedewasaan untuk mempertemukan dengan kodrat sejatinya kemanusiaan.

Sub-Bab: Kedisiplinan siswa

Dalam kehidupan di sekolah sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).

Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
  2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
  3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2384

Disiplin Siswa di Sekolah

http://meditekom.yolasite.com/index/pembelajaran-yang-menyenangkan-dan-memberdayakan

  • Login

  • Comments

    A.J.I pada Introduction
  • Ignatius Dhimas

  • Stage